SIMPUL.MEDIA, Paser – Potensi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) sektor kerajinan rotan di Kabupaten Paser khususnya Kecamatan Batu Sopang kian berkembang dan menuntungkan, seiring pesatnya kemajuan teknologi.
Sebagai suatu usaha dan bisnis yang dilakukan baik individu maupun kelompok, kehadiran teknologi informasi dan komunikasi hingga di tingkat desa mempermudah para pelaku usaha agar produk kerajinan rotan dapat berdampak bagi perekonomian keluarga.
Mardiana salah satunya, ibu rumah tangga, 49 tahun, warga Desa Sungai Terik ini tengah produktif menghasilkan kerajinan rotan. Selain sebagai pelestarian budaya, pemanfaatan hasil hutan yang banyak tumbuh pada daerah hutan hujan tropis ini dapat kian menghasilkan untung.
“Rotan ini kami manfaatkan jadi olahan yang menguntungkan. Sekarang sudah merambah via online penjualannya. Jadi mempermudah kami mendapatkan keuntungan,” kata Mardiana.
Memulai produksi sejak 1995, kini hasilnya sudah dapat dirasakan sejak lima tahun terakhir. Bersama kelompok pengendaro uwe dalam bahasa suku Paser yang artinya pengayam rotan, berbagai hasil olahan berbahan rotan kini sudah terjual bahkan hingga keluar daerah.
“Sudah dari dulu memang sudah aktif menganyam jadi perlengkapan sehari hari. Cuma produktif dan jadi hasil sejak 2018. Penjualannya sudah keluar daerah,” jelasnya.
Berbagai produksi anyaman untuk jadi aksesoris telah dihasilkan. Diantaranya lanjung, anjat, tampi, dompet, kopiah, tudung saji, rompi, tali mandau, hingga gelang dan cicin. Ragamnya anyaman itu juga mempengaruhi ragamnya harga yang ditawarkan.
Dari berbagai hasil olahan tersebut, anjat jadi kerajinan rotan yang paling diminati. Selain unik dan artistik, olahan serba rotan ini diakui awet dan tahan lama. Meski begitu, berbagai anyaman juga cukup serupa.
Mardiana mengaku, bandrol olahan berupa gelang dan cincin dari rotan itu mencapai Rp 25 ribu, sementara lainnya hingga anjat dihargai Rp 1 juta menyesuaikan pesanan. Meski beberapa kalangan menganggap mahal, namun hal itu senilai dengan proses pengolahannya.
“Kalau yang kecil kecil murah saja. Tapi untuk yang lain itu menyesuaikan. Termahal ya anjat jika ada permintaan khusus. Karena memang ada tingkat kesulitan tersendiri saat dianyam,” terangnya.
Meski berpotensi menguntungkan, namun penjualan produk dari rotan bisa laris hingga 5 buah per bulan. Sehingga baginya belum dapat dijadikan pemasukan utama. Namun begitu, dengan adanya keterampilan yang dimiliki dapat meningkatkan pendapatan keluarga.
Hal itu dia rasakan sejak 2019 setelah strategi pasar dirambah ke dalam jaringan. Baginya, sektor kerajinan rotan mampu mendorong dan membentuk masyarakat setempat menjadi lebih produktif, berdaya, mandiri, dan mampu secara ekonomi.
“Sekarang jualnya serba online. Lumayan membantu. Terlebih dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Walau tidak tiap hari, untuk ngisi waktu luang sesuai pesanan,” pungkasnya. (ng)