SIMPUL.MEDIA, Paser – Manajemen Persipas angkat bicara mengenai ‘hilangnya’ klub berjuluk lebah madu dikancah sepak bola nasional. Masalah keuangan jadi penyebab utama hingga kesulitan membiayai operasional klub dan gaji pemain.
“Saya keteteran sendiri. Bantuan dari pihak ketiga ada cuma (anggaran) pas-pasan,” kata Ridhawati Suryana.
Meski tak secara gamblang menyebut nominal yang dikeluarkan dalam satu musim kompetisi, begitupun bayaran pemain. Ridha biasa disapa mengatakan itu telah menjadi risikonya. Disinggung Persipas tinggal sekadar nama dia bilang masih ada.
“Dikatakan ada, ya nyatanya memang kita (Persipas) vakum,” sambung mantan Wakil Ketua DPRD Paser periode 2014-2019 itu.
Dia memastikan manajemen sekarang sangat terbuka jika ada pihak berminat mengambil alih. Namun dengan catatan tetap merangkul atau tak meninggalkan pengurus lama. Tetap bergandengan tangan, berjuang bersama-sama agar klub asal Kabupaten Paser ini kembali eksis.
“Dengan legowo akan saya serahkan asal serius dalam membesarkan Persipas,” akunya.
Dalam membesarkan Persipas banyak pengorbanan baik materil maupun non materil. Namun semua itu dilakukannya semata-semata demi kemajuan sepak bola di wilayah selatan Kaltim ini.
Disinggung adanya kabar salah satu perusahaan tambang yang beroperasi di Kabupaten Paser pengin mengambil alih, meski belum ada pembicaraan secara resmi. Bahkan memberikan sinyal jika tak keberatan dilepas semestinya Pemkab Paser yang berbicara atau memfasilitasi dengan manajemen Persipas.
“Bagaimana pemerintah daerah saja kalau peduli. Ya pasti turun tangan. Karena bagaimanapun Persipas berkaitan dengan nama Kabupaten Paser. Semoga banyak insan pencinta Persipas yang mau peduli dan peka dengan persepakbolaan Paser, ke depan,” tandas dia.
Sebagai catatan, Persipas terakhir kali dikancah sepak bola nasional pada 2013 silam. Saat itu bertarung di kompetisi Divisi Utama (sekarang, Liga 2) grup 3 wilayah Jawa Timur. (𝒊𝒓)