SIMPUL.MEDIA, Paser – Pelajar dari tingkat TK hingga SMP maupun masyarakat umum terlihat antusias mengikuti berbagai lomba dalam Gebyar ke IV Museum Sadurengas di Jalan Kraton, Kecamatan Pasir Belengkong.
Total 30 peserta ikut berpartisipasi. Adapun lombanya seperti lomba mewarnai tingkat TK, belogo, lukis koleksi museum, cerdas cermat, orong batang, vlog Museum, cerita tentang museum untuk guru dan fotografi museum.
Wakil Bupati Paser, Syarifah Masitah Assegaf usai membuka Gebyar ke IV Museum Sadurengas mengatakan, gelaran ini untuk mengajak anak-anak guna meramaikan situs sejarah.
Dirinya menyebut Museum Sadurengas dengan segala adat budaya yang wajib dilestarikan. Katanya karena keberagamannya ini pulalah yang membuat Sadurengas menjadi ikon histori dari Bumi Daya Taka.
“Para pelajar dan masyarakat umum sangat antusias untuk mengikuti berbagai lomba dalam menyambut Gebyar Museum Sadurengas keempat di Arena Seni Museum Sadurengas,” ucap Syarifah Masitah Assegaf, Senin (18/7/2022).
Dengan meningkatnya kunjungan di sektor pariwisata dapat membantu perekonomian daerah yang mandiri dari berdaya saing. “Mari tingkatkan perekonomian kita di sektor pariwisata melalui pelestarian adat budaya. Sehingga perekonomian daerah yang mandiri dan berdaya saing dapat terwujud sesuai visi Kabupaten Paser MAS, Paser yang Maju, Adil dan Sejahtera,” tutur dia.
Museum Sadurengas merupakan museum bersejarah bagi masyarakat Kabupaten Paser. Bangunannya yang membentuk rumah panggung atau dalam bahasa Paser disebut Kuta Imam Duyu Kina Lenja. Memiliki arti rumah kediaman pemimpin yang bertingkat merupakan bekas rumah salah satu Sultan Paser di abad ke-18, yaitu Aji Tenggara yang kemudian menjadi Istana Kesultanan oleh Sultan Ibrahim.
Di Museum ini terdapat berbagai koleksi benda kuno peninggalan sejarah Kesultanan Paser, seperti tempayan atau guci kuno peninggalan Dinasti Yuan, alat rumah tangga, alat kesenian, dan pakaian Kesultanan Paser.
Disekitarnya terdapat makam para raja dari Kerajaan Sadurengas yang sering kita kunjungi dan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Kilan yang dipercaya masyarakat sekitar untuk dapat mengetahui nasibnya.
“Banyak pelajaran yang kita peroleh melalui kegiatan ini. Bukan hanya pengetahuan tentang adat istiadat, budaya dan benda bersejarah tetapi juga beragamnya permainan tradisional dari leluhur yang sarat makna dan harus dilestarikan,” pungkasnya. (ir)